industrikonstruksi.com – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kebutuhan pembangunan yang semakin kompleks, kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, dan industri menjadi semakin penting. Hal ini disampaikan oleh Prof. Muh Aris Marfai, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), dalam Seminar Mansoer Wiratmadja & FTSP EXPO 2025 di Bandung. Menurutnya, kegiatan seperti ini tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan dan hasil riset, tetapi juga ruang temu strategis antara akademisi dan dunia industri.
“Ini kegiatan yang penting, karena tidak hanya menampilkan pengetahuan dan sains, tetapi juga mempertemukan perguruan tinggi dengan mitra industri. Dari situ kita bisa mengukur sejauh mana ilmu, produk dan kampus relevan dengan kebutuhan di dunia nyata,” ujar Prof. Aris.
Lebih lanjut, ia menilai model kegiatan yang memadukan expo, konferensi, dan temu mitra ini sebagai bentuk pembelajaran yang sangat baik bagi mahasiswa. Mereka tidak hanya menyimak teori, tetapi juga dapat berinteraksi langsung dengan pelaku industri serta memahami kebutuhan dunia kerja. Menariknya, kegiatan ini juga menyediakan program sertifikasi bagi para lulusan, sebagai bentuk pengakuan kompetensi yang diakui industri. “Jarang kita memiliki event yang komplet seperti ini. Ada exponya, konferensinya, temu mitra, dan juga sertifikasi. Hal ini model pembelajaran yang menyeluruh,” jelasnya.

Menjaga Keberlanjutan Kolaborasi dan Inovasi
Prof. Aris menegaskan pentingnya agar kegiatan seperti ini dapat berlanjut secara reguler. Keberlanjutan forum semacam ini memungkinkan perguruan tinggi untuk menilai sejauh mana kurikulum dan riset mereka telah sesuai dengan kebutuhan industri, sekaligus menjaga komunikasi dengan mitra yang terus berkembang seiring kemajuan teknologi.
“Kita perlu terus melakukan sounding terhadap perkembangan teknologi. Hubungan dengan mitra harus dijaga agar kita tetap update, bukan hanya dalam teknologi, tapi juga pengetahuan yang dihasilkan melalui riset,” ujarnya.
Membangun Ekosistem Geospasial Nasional
Badan Informasi Geospasial saat ini tengah fokus memperkuat ekosistem informasi geospasial nasional. Dalam lima tahun mendatang, BIG menargetkan penyediaan data geospasial dengan skala detail 1:5.000. Untuk mencapai itu, diperlukan dukungan industri yang mampu mengolah dan memanfaatkan data tersebut dalam berbagai sektor pembangunan.
“Kalau lima tahun ke depan kita sudah menghasilkan data dan informasi geospasial yang detail, maka kita butuh industri yang bisa mengaplikasikan dan menghilirisasi hasil itu menjadi produk yang bermanfaat,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk ekosistem geospasial yang sehat, terutama dalam aspek regulasi, standardisasi, dan koordinasi antar-lembaga. “Kalau pemerintah tidak hadir dalam pembentukan ekosistem geospasial, regulasi dan sistem pendukungnya tidak akan berjalan dengan baik,” tegasnya.
Satu Peta untuk Satu Arah
Sebagai implementasi konkret, BIG telah mengembangkan kebijakan Satu Peta Nasional (One Map Policy), dengan skala dasar 1:50.000. Kebijakan ini mengintegrasikan berbagai peta tematik dari 34 kementerian dan lembaga, seperti peta jalan, sungai, jembatan, hingga kawasan hutan dan mangrove. Semua peta tersebut disusun di atas peta dasar BIG agar dapat saling terhubung dan digunakan secara lintas sektor. “Dengan peta dasar yang seragam, peta jembatan bisa dikaitkan dengan peta sungai atau hutan tanpa masalah. Inilah kunci sinkronisasi data lintas sektor pembangunan,” ungkapnya.
Kolaborasi dengan Perguruan Tinggi
BIG juga aktif membangun kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu bentuk nyata kolaborasi ini adalah kegiatan coaching, survei lapangan, dan analisis data untuk pemutakhiran peta wilayah, yang melibatkan sekitar 120 mahasiswa dari berbagai kampus. “Kami tidak mungkin memetakan seluruh wilayah Indonesia sendirian. Karena itu, kami libatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Mereka mendapat pengetahuan dan pengalaman langsung di lapangan, sementara kami memperoleh data yang lebih akurat,” jelas Prof. Aris.
Kegiatan ini tidak hanya memperkuat kemampuan teknis mahasiswa, tetapi juga memperkenalkan mereka pada praktik nyata dunia kerja. Mereka belajar menghadapi tantangan lapangan, mengolah data spasial, dan memahami pentingnya akurasi dalam pemetaan, hal yang tidak sepenuhnya bisa diperoleh di laboratorium kampus.
Menatap Masa Depan Geospasial Indonesia
Prof. Aris menutup dengan menekankan bahwa transformasi informasi geospasial merupakan pilar penting dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Data geospasial kini menjadi kebutuhan dasar di hampir semua sector, dari perencanaan infrastruktur, pengelolaan sumber daya alam, hingga mitigasi bencana. “Hampir semua kementerian dan lembaga membutuhkan data geospasial. Kalau bicara angka dan tabel, itu data statistik. Tapi kalau bicara lokasi dan ruang, itu data geospasial,” ujarnya. Dengan sinergi antara pemerintah, akademisi, dan industri yang semakin kuat, Indonesia berada di jalur yang tepat menuju masa depan pembangunan yang lebih terarah, presisi, dan berkelanjutan, berbasis data dan teknologi geospasial. [ikon]