Properti
Home / Properti / Sektor Properti Triwulan Awal 2025: Menggeliat dalam Tantangan Ekonomi

Sektor Properti Triwulan Awal 2025: Menggeliat dalam Tantangan Ekonomi

Sektor properti Indonesia menunjukkan dinamika yang menarik di tiga bulan pertama tahun 2025. Meskipun beberapa segmen pasar masih bergeliat positif, bayang-bayang ketidakstabilan ekonomi global dan kebijakan efisiensi pemerintah turut mewarnai kinerja keseluruhan.

Data terbaru dari Colliers Indonesia mengungkapkan bahwa pasar ritel masih mampu mempertahankan tren positifnya. Namun, sektor perhotelan di Jakarta harus menghadapi tantangan penurunan akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang berimbas pada berkurangnya kegiatan dan pemesanan dari instansi pemerintah. Sementara itu, pasar perkantoran dan apartemen di Jakarta masih berkutat dengan koreksi akibat kondisi ekonomi yang belum stabil.

Maraknya isu perang tarif global turut menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap sektor properti nasional. Menanggapi hal ini, Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, menegaskan bahwa perang dagang tidak memberikan dampak langsung terhadap sektor properti. “Yang menjadi perhatian utama adalah potensi perlambatan ekonomi di Indonesia,” ujarnya. Ferry menjelaskan bahwa ketergantungan ekspor Indonesia pada komoditas mentah membuat nilai tambahnya tidak terlalu tinggi, sehingga penurunan ekspor dapat membebani pemasukan negara dan pada akhirnya mempengaruhi kondisi ekonomi secara keseluruhan, termasuk sektor properti.

Ferry Salanto [istimewa]

Di tengah tantangan ini, Colliers melihat peluang cerah bagi sektor industri. Potensi relokasi pabrik perusahaan multinasional dari Tiongkok ke negara-negara dengan biaya produksi lebih kompetitif, termasuk Indonesia, menjadi angin segar. Sektor manufaktur, terutama industri elektronik, tekstil, dan otomotif, diprediksi akan menikmati dampak positif dari tren ini.

Lebih lanjut, laporan Colliers memaparkan kinerja masing-masing sektor properti secara lebih detail:

Seminar Mansoer Wiratmadja & FTSP EXPO 2025: Menyatukan Akademisi, Pemerintah, dan Industri dalam Era Sains dan Teknologi Terapan

Sektor Perkantoran di Jakarta: Permintaan ruang kantor tercatat sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun, ketidakpastian ekonomi membatasi pertumbuhan penyerapan, dan pemulihan diperkirakan berjalan moderat. Pemilik properti cenderung berhati-hati dalam menetapkan biaya sewa, terutama bagi gedung dengan tingkat okupansi rendah. Strategi penyewaan yang fleksibel dan investasi pada fitur bangunan hijau berpotensi menjadi kunci untuk menarik penyewa, terutama dari kalangan internasional yang semakin peduli dengan isu ESG (Environmental, Social, and Governance).

Sektor Apartemen di Jakarta: Insentif PPN dari pemerintah, meskipun masih berlaku, belum mampu mendongkrak penjualan apartemen secara signifikan, berbeda dengan dampaknya pada pasar rumah tapak. Pengembang cenderung fokus pada penyelesaian proyek yang ada dan menghabiskan stok unit yang belum terjual. Colliers merekomendasikan pengembang untuk terus memprioritaskan penyelesaian proyek, menawarkan skema pembayaran yang fleksibel, dan promosi menarik untuk merangsang penjualan.

Permintaan ruang kantor tercatat sedikit meningkat dibandingkan periode yang lalu [istimewa]

Sektor Ritel di Jakarta: Pasar ritel menunjukkan dinamika yang beragam. Konsumen kelas menengah ke bawah cenderung menahan diri dalam berbelanja, sementara pusat perbelanjaan terus berinovasi dengan menghadirkan penyewa baru yang fokus pada hiburan, pengalaman digital, dan konsep kuliner yang beragam untuk menarik pengunjung. Pemilik properti merespons dengan menawarkan paket biaya okupansi yang kompetitif.

Sektor Perhotelan di Jakarta: Kuartal pertama 2025 menjadi periode yang menantang bagi perhotelan Jakarta, dipengaruhi oleh awal aktivitas bisnis yang lambat, bulan Ramadan, dan kebijakan efisiensi pemerintah. Hotel yang sangat bergantung pada pasar pemerintah merasakan dampak paling signifikan. Pengelola hotel perlu mencari pasar dan sumber pendapatan alternatif untuk bertahan di tahun ini.

Sektor Perhotelan di Bali: Kebijakan efisiensi pemerintah dan bulan Ramadan juga mempengaruhi kinerja hotel di Bali, terutama pada segmen MICE dan wisatawan domestik. Namun, prospek pemulihan terlihat setelah libur Idul Fitri dan dengan datangnya musim liburan di berbagai belahan dunia pada bulan Juni. Pengelola hotel di Bali didorong untuk melakukan diversifikasi pasar dan menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pendapatan di tengah tantangan penurunan pasar domestik dan ketidakpastian ekonomi global.

Green Living: Masa Depan Industri Properti

Secara keseluruhan, sektor properti Indonesia di awal tahun 2025 menunjukkan ketahanan di tengah gejolak ekonomi. Peluang di sektor industri menjadi angin segar, sementara sektor lainnya perlu beradaptasi dengan tantangan yang ada melalui strategi yang inovatif dan responsif terhadap perubahan pasar. Para pelaku industri properti diharapkan dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan ini untuk menjaga pertumbuhan sektor di masa mendatang.[ikon]

Share